Logo
merupakan identitas unik dari sebuah perusahaan, situs pribadi maupun
komersil. Dia merupakan branding anda dan produk juga perusahaan anda.
Jika korelasinya dengan sebuah website atau blog – baik blog personal
juga komersil – logo selain salah satu dari sekian faktor untuk
memperindah template, ia juga sebagai jati diri yang membedakan anda
dengan web lainnya. Dan tentunya banyak blogger sudah menyadari akan
pentingnya keberadaan logo di web mereka, maka tidak heran jika di
sejumlah blog terdapat logo di area header yang di desain dengan
fantastis! Dan di posting ini saya ingin berbagi sejumlah situs untuk
membuat logo dan kesemuanya gratis, namun ingatsatu hal, sebaiknya logo
yang akan anda buat di salah satu situs ini hanya untuk web/blog
pribadi, bukan komersil apalagi web kantor, karena ini merupakan layanan
gratis, sehingga anda tidak mungkin membuat logo yang unik dan di
batasi hanya pada pilihan yang telahdi sediakan. Jika untuk web/blog
komersil sebaiknya sewa seorang logo desainer atau buat sendiri dengan
Photoshop atau tool lainnya.
Inilah 9 situs yang menyediakan layanan buat logo gratis versi saya..hehe: 1.LogoEase
Di sini anda dapat membuat sebuah logo dan kemudian mendownloadnya ke komputer anda 2. TheFreeLogoMakers
Merupakan website pembuat logo yang cukup populer, setelah logo tercipta, anda dapat menyimpannya dalam file HTML 3. Online Logo Maker
Juga tempat pembuatan logo yang bagus dan langsung bisa di download hasilnya! 4. FlamingText
Flaming Text merupakan pembuat logo online disitu anda dapat membuat dan menggunakan logo anda di website atau signature Email 5. SimWebSol
Simwebsol merupakan web2.0 untuk membuat logo gratis 6. CoolText
Cool Text merupakan salah satu situspelopor pembuatan logo di internet dengan kemudahan di berbagai area 7. FreeFlashLogos
Disini anda akan temui banyak sekali sampel (contoh) logo Flah, lalumemodifikasinya sesuai kebutuhan dan gunakan! 8. LogoMaker
Daftar di Logo Maker dengan email anda kemudian membuat sejumlah logo
keren dan anda dapat menyimpan di website ini. Namun masalahnya anda
tidak di ijinkan untuk download atau copy logo hasilbuatan anda, namun
yang pasti andadapat membuat sejumlah logo kerendisini dengan
menggunakan sejumlah contoh/sampel yang disediakan 9. LogoSnap
Seperti juga ke 8 layanan pembuat logo diatas, dengan LogoSnap anda
dapat mendesain logo dan menyimpannya setelah login di sana:)
Ya Allah, bahwasannya waktu dhuha itu adalah waktuMU, dan keagungan itu adalah keagunganMU, dan keindahan itu adalah keindahanMU, dan kekuatan itu adalah kekuatanMU, dan perlindungan itu adalah perlindunganMU, Ya Allah, jika rizkiku masih ! di atas langit, maka turunkanlah, jika masih di dalam bumi, maka keluarkanlah, jika masih sukar, maka mudahkanlah, jika (ternyata) haram, maka sucikanlah, jika masih jauh, maka dekatkanlah, Berkat waktu dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan dan kekuasaanMU, limpahkanlah kepada kami segala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hambaMU yang sholeh.
Seperti yang kita
ketahui, Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad secara berangsur-angsur,
sesuai situasi yang menuntutnya. Karena itu, salah satu syarat pendahulu yang
amat diperlukan untuk memahami ayat-ayat Al-Qur’an adalah mengetahui Asbab
An-Nuzul (sebab-sebab turunnya ayat).
Pembahasan ini meliputi, Pengertian asbab an-nuzul, macam-macam asbabun nuzul,
kalimat-kalimat yang menunjukkan asbabun nuzul, cara-cara mengetahui asbabun
nuzul, dan fungsi mengetahui asbabun nuzul.
Agama Islam yang dianut
oleh kaum muslim diseluruh dunia merupakan pedoman hidup yang menjamin
kebahagiaan dunia dan akhirat. Ia mempunyai satu dasar utama yang essensial
yang berfungsi memberi petunjuk kejalan yang sebaik-baiknya, yakni Al-Qur’an.
Kitab suci Al-Qur’an merupakan landasan hukum pertama dalam Islam, Al-Qur’an
memberikan petunjuk dalam persoalan hukum (Syari’at), aqidah (Keimanan) dan
akhlak dengan jalan meletakkan dasar-dasar tentang persoalan-persoalan
tersebut.
Al-Qur’an diturunkan
untuk membimbing manusia kepada tujuan yang terang dan jalan yang lurus,
menegakkan suatu kehidupan yang didasarkan kepada keimanan kepada Allah dan
risalah-Nya. Bebarapa di antaranya langsung disimpulkan dari lafal dan teks,
bahwa firman Allah swt itu diturunkan kepada Nabi untuk memberi petunjuk
kepada beliau mengenai perkara yang ditanyakan kepada orang-orang tentang
bagaimana membagi harta rampasan perang.
Dalam mengkaji
Al-Qur’an banyak memerlukan ilmu bantu dan salah satu ilmu yang mendasar
yang diketahui oleh orang yang bergelut dengan kajian Al-Qur’an adalah ilmu
Asbab al-Nuzul. Asbab al-Nuzul adalah konsep, teori, atau berita tentang
sebab turunnya wahyu kepada Nabi saw baik berupa satu ayat, rangkaian ayat,
atau satu surah.
Asbab al-Nuzul
merupakan salah satu pokok bahasan yang penting dalam ulum al-Qur’an, karena
dengan mengetahui Asbab al-Nuzul dapat membantu memahami dan
menyingkap rahasia-rahasia yang ada dalam Al-Qur’an.
BAB
II
ILMU
ASBABUN NUZUL
A.Pengertian
Asbab Al-Nuzul dan Fungsinya dalam Memahami Al-Qur’an
·Pengertian Asbab Al-Nuzul
Secara etimologis kata Asbab
al-Nuzul berasal dari kata “asbab” dan “nuzul”.Kata asbab
merupakan bentuk jamak dari kata sababun yang berarti sebab, alasan,
illat. Sedangkan kata nuzul berasal dari kata kerja nazala yang
berarti turun. Secara tersminologis, Asbab al-Nuzul dapat
diartikan sebab-sebab yang melatar belakangi turunnya ayat (Al-Qur’an), seperti
halnya asbabul wurud dalam istilah ulumul hadits.
Menurut Al-Zarqani, Asbab
al-Nuzul atau suatu peristiwa yang dapat dijadikan petunjuk hukum berkenaan
dengan turunnya suatu ayat. Pernyataan senada juga diutarakan oleh Shubhi
Al-Shalih bahwa sesuatu yang menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat yang
memberi jawaban terhadap sebab itu, atau menerangkan hukumnya pada masa terjadinya
sebab itu. Sedangkan Ash-Shabuni mengatakan bahwa turunnya suatu ayat
disebabkan atau oleh adanya suatu peristiwa atau kejadian yang berhubungan
dengan peristiwa tersebut, baik itu berupa pertanyaan dari para sahabat ataupun
kejadian yang berkaitan dengan urusan agama.[1]
Berdasarkan pengertian
yang dikemukakan para ahli di atas dapat ditarik dua kategori mengenai sebab
turunnya sebuah ayat. Pertama, sebuah ayat turun ketika terjadi sebuah
peristiwa sebagaimana yang diriwayatkan Ibn Abbas tentang perintah Allah swt
kepada Nabi saw untuk memperingatkan kerabat dekatnya. Lalu, Nabi saw naik ke
bukit Shafa dan memperingatkan kaum kerabatnya akan azab yang pedih.
Karena itu, Abu Lahab berkata: “Celakalah engakau! Apakah engakau
mengumpulkan kami hanya untuk urusan ini? Lalu ia berdiri, dan turunlah surah
al-Lahab. Kedua, Sebuah ayat turun bila Rasulullah saw ditanya
tentang sesuatu hal, untuk menjawab pertanyaan itu turunlah ayat Al-Qur’an yang
menerangkan hukumnya seperti pengaduan Khaulah binti Tsa’labah kepada Nabi saw
berkenaan dengan zhihar yang dijatuhkan suaminya Aus bin Samit, padahal
saat itu, Khaulah binti Tsa’labah telah menghabiskan masa mudanya dan sering
melahirkan sehingga menjadi tua karenanya. Ketika suaminya men-zhihar dirinya
saat sudah berusia tua dan tidak bisa melahirkan lagi, ia pun protes.
Lalu, mengajukan pertanyaan kepada Rasulullah saw tentang kasus yang
menimpanya. Kemudian turunlah ayat: “Sesungguhnya Allah telah mendengar
perkataan perempuan yang mengadu kepadamu tentang suaminya”, yakni Aus bin
Samit.
Dari pernyataan di
atas, dapat diketahui bahwa Asbab al-Nuzul merupakan peristiwa atau
kejadian yang melatarbelakangi turunnya satu atau beberapa ayat dalam rangka
menjawab, menjelaskan dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dari
peristiwa tersebut. Jadi dapat dipahami bahwa Asbab al-Nuzul ada
beberapa unsur penting yang harus dilihat dalam menganalisa sebab turunnya
suatu ayat, yaitu adanya suatu peristiwa, pelaku, waktu, dan tempat perlu
diidentifikasi dengan cermat guna menerapkan ayat-ayat itu pada kasus lain dan
di tempat dan waktu yang berbeda. Hal ini tidak berarti bahwa setiap ayat yang
turun disebabkan oleh suatu peristiwa atau kejadian, atau karena adanya
pertanyaan kepada Nabi mengenai agama. Tetapi ada diantara ayat yang turun
tanpa adanya sebab, yaitu mengenai aqidah, iman, kewajiban-kewajiban dalam
Islam.
·Fungsi
Asbabun Nuzul dalam Memahami Al-Qur’an
1.Penegasan
bahwa al-Qur’an benar-benar dari Allah Swt. bukan buatan manusia.
2.Penegasan
bahwa Allah benar-benar memberikan perhatian penuh pada Rasulullah Saw. dalam
menjalankan misi risalahnya.
3.Penegasan
bahwa Allah selalu bersama para hambanya (khususnya Muhammad Saw.) dengan
menghilangkan duka cita mereka.
4.Sarana
memahami ayat secara tepat, tepat sesuai peruntukannya, walau harus diketahui
bahwa bukan berati ayat tersebut tidak dijadikan dasar untuk perkara yang lain,
yang punya persoalan yang sama.
5.Mengatasi
keraguan pada ayat yang diduga mengandung pengertian umum.
6.Mengkhususkan
hukum yang terkandung dalam Al-Qur’an sesuai dengan sebabnya.
7.Mengidentifikasikan
pelaku yang menyebabkan turunnya ayat ayat Al-Qur’an.
8.Memudahkan
untuk menghafal dan memahami ayat serta untuk memantapkan wahyu di hati orang
yang mendengarnya.
9.Mengetahui
makna serta rahasia-rahasia yang terkandung dalam ayat Al-Qur’an.
10.Seorang
dapat menentukan apakah ayat mengandung pesan khusus atau umum dan dalam
keadaan bagaimana ayat itu mesti diterapkan.
11.Terakhir
bahwa harus dipahami juga bahwa tidak semua ayat dalam Al Qur’an ditemukan
asbabun nuzulnya.[2]
B.
Macam-macam Asbab An-Nuzul
DR. Rosihon Anwar, M.Ag. menyebutkan dalam bukunya ulumul
Qur’an, bahwa ada dua hal yang menjadi sudut pandang dalam membagi macam-macam
asbabun nuzul, yaitu:
1.Dilihat
dari sudut pandang redaksi yang dipergunakan dalam riwayat asbabun nuzul
Dari sudut pandang yang pertama ini ada dua redaksi yang
dipergunakan perawi dalam mengungkapkan riwayat asbabun nuzul yaitu sharih
(jelas) dan muhtamilah (kemungkinan). Redaksi sharih artinya riwayat yang sudah
jelas menunjukkan asbabun nuzul, dan tidak mungkin menunjukkan yang lainnya.
Redaksi dikatakan sharih bila perawi mengatakan:
Sebab
turun ayat ini adalah…..
Atau
perawi menggunakan kata “maka” (fa taqibiyah) setelah ia mengatakan peristwa
tertentu. Umpamanya ia mengatakan :
Telah
terjadi……. Maka turunlah ayat….
Rasulullah
pernah ditanya tentang….maka turunlah ayat….
Contohnya
riwayat asbabun nuzul yang menggunakan redaksi sharih adalah riwayat yang
dibawakan oleh Jabir yang mengatakan bahwa orang-orang yahudi berkata, “apabila
seorang suami mendatangi “kubul” istrinya dari belakang, anak yang lahir akan
juling. “Maka turunlah ayat:
Artinya:
“Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, Maka
datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. dan
kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan
Ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. dan berilah kabar gembira
orang-orang yang beriman”.
Adapun redaksi yang termasuk muhtamilah bila perawi
mengatakan “Ayat ini dirturunkan berkenaan dengan ….”
Umpamanya riwyat Ibnu Umar yang menyatakan:“Ayat istri-istri kalian adalah ibarat tanah
tempat bercocok tanam, diturunkan berkenaan dengan mendatangi (menyetubuhi)
istri dari belakang.”(H.R. Bukhari)
Atau perawi mengatakan:“Saya kira ayat ini diturunkan berkenaan dengan ….”
Atau “Saya kira ayat ini tidak diturunkan kecuali berkenaan
dengan …”
Mengenai riwayat asbabun nuzul yang menguunakan redaksi muhtamilah, Az-Zarkasy
menuturkan dalam kitabnya Al-Burhan fi ‘Ulum Al-Qur’an: “sebagaimana diketahui,
telah menjadi kebiasaan para sahabat Nabi dan tabi’in, jika seorang diantara
mereka berkata , “Ayat ini diturunkan berkenaan dengan….” Maka yang dimaksud
adalah ayat itu mencakup ketentuan hokum tentang ini atau itu, dan bukan
bermaksud menguraikan sebab turunnya ayat.”
Skema Redaksi Periwayatan Asbab An-Nuzul
2.Dilihat
dari sudut pandang berbilangnya Asbab An-Nuzul untuk satu ayat atau
berbilangnya ayat untuk satu Asbab An-Nuzul
a.Berbilangnya Asbab An-Nuzul untuk
satu ayat (Ta’addad As-Sabab wa Nazil Al-wahid)
Tidak setiap ayat memiliki riwayat asbabun nuzul dalam
versi. Adakalanya satu ayat memiliki beberapa versi riwayat asbabun nuzul.
Tentu saja hal itu tidak akan menjadi persoalan bila riwayat itu tidak
mengandung kontradiksi. Bentuk variasi itu terkadang terdapat dalam redaksinya
dan terkadang pula dalam kualitasnya. Untuk mengatasi variasi riwayat asbabun
nuzul dalam satu ayat dari sisi redaksi, para ulama mengemukakan cra sebagai
berikut:
1)Tidak mempermasalahkannya
Cara ini ditempuh apabila variasi riwayat asbabun nuzul
menggunakan redaksi muhtamilah (tidak pasti). Umpamanya, satu versi menggunakan
redaksi, “Ayat ini diturunkan berkenaan dengan ….” Dan versi lain menggunakan
redaksi, “Saya kira ayat diturunkan berkenaan dengan….” Variasi riwayat asbabun
nuzul ini tidak perlu dipermasalahkan karena yang dimaksud oleh setiap variasi
itu hanyalah sebagai tafsi belaka dan bukan asbabun nuzul. Hal ini berbeda bila
ada indikasi jelas yang menunjukkan bahwa salah satunya memaksudkan asbabun
nuzul.
2)Mengambil versi riwayat asbabun
nuzul yang menggunakan redaksi sharih
Cara ini digunakan bila salah satu versi riwayat asbabun
nuzul itu tidak menggunakan redaksi sharih (pasti). Umpamanya riwayat asbabun
nuzul yang menceritakan kasus seorang lelaki yang menggauli istrinya dari
belakang. Mengenai kasus itu nafi’ berkata, “Satu hari, aku membaca ayat
‘Nisa’ukum hartsun lakum.” Ibnu Umar kemudian berkata, “Tahukah engkau, mengenai
apa ayat ini diturunkan? “Tidak,” jawabku ia melanjutkan “Ayat ini diturunkan
berkenaan dengan menyetubuhi wanita dari belakang.” Sementara itu, Ibnu Umar
menggunakann redaksi yang tidak sharih (pasti), yang dalam salah satu riwayat
Jabir, dikatakan : “Seorang yahudi mengatakan bahwa apabila seseorang m
enyetubuhi istrinya dari belakang, maka anak yang lahir juling. Maka
diturunkanlah ayat Nisa’ukum hartsun lakum.”
Dalam kasus ini, riwayat Jabirlah yang harus dipakai karena
ia menggunakan redaksi sharih (pasti).
3)Mengambil versi riwayat yang shahih
Cara
ini digunakan apabila seluruh riwayat itu menggunakan redaksi sharih (pasti),
tetapi kualitas salah satunya tidak shahih. Umpamanya dua riwayat asbabun nuzul
kontradiktif yang berkaitan dengan diturunkannya ayat:
Q.S. Adh-Dhuha 1-3
3.
Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu.
Versi pertama yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim dari
Jundab mengatakan: Rasulullah merasa kurang enak badan sehingga beliau tidak
sholat malam selama satu atau dua malam. Seorang wanita dating kepada beliau
seraya berkata: “Hai Muhammad, aku melihat setanmu (yang dia maksud ialah
Jibril) telah meninggalkan engkau.” Maka turunlah ayat Wadh dhuha ayat 1-3.
Versi kedua yang diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dan Ibn
Abi-Syaiban dari Hafsah bin Maisyarah, dari ibunya, dari neneknya (khadam
Rasulullah) mengatakan: “Seekor anjing masuk ke dalam rumah Rasulullah dan
bersembunyi di bawah tempat tidur sampai mati. Karenanya selama empat hari
Rasulullah tidak menerima wahyu. Nabi berkata, “Wahai Khaulah! Apakah yang
telah terjadi di rumah Rasulullah? (sehingga) Jibril tidak dating kepadaku.”
Maka akupun (Khaulah) berkata, “Alangkah baiknya jika kuperiksa langsung
keadaan rumahnya dan menyapu lantainya. Aku masukkan sapu ke bawah tempat tidur
dan mengeluarkan bangkai anjing darinya. Nabi kemudian dating dalam keadaan
dagu gemetar. Oleh karena itu, ketika menerima wahyu, dagu Nabi selalu
bergetar. Maka Allah menurunkan surat Adh-Dhuha:1-3.
Studi kritis terhadap versi kedua menyatakan bahwa status
riwayatnya pada kualitas tidak shahih. Ibnu Hajar mengatakan bahwa kisah
keterlambatan Jibril menyampaikan wahyu kepada Nabi karena anak anjing memang
masyhur, tetapi keberadaannya sebagai asbabun nuzul adalah asing (gharib) dan
sanadnya ada yang tidak dikenal. Oleh karena itu, yang harus diambil adalah
riwayat lain yang shahih. Sedangkan terhadap variasi riwayat asbabun nuzul
dalam satu ayat yang versinya berkualitas, para ulama mengemukakan langkah-langkah
sebagai berikut:
(1)Mengambil versi riwayat yang sahih
Cara ini diambil bila terdapat dua versi riwayat tentang asbabun
nuzul satu ayat, yang salah satu versi berkualitas sahih, sedangkan yang lain
tidak. Umpamanya dua versi riwayatasbabun nuzul kontradiktif untuk surah
Adh-Dhuha ayat 1-3
(2)Melakukan studi selektif (tarjih)
Langkah ini diambil bila kedua versi asbabun nuzul yang
berbeda-beda itu kualitasnya sama-sama shahih, seperti asbabun nuzul yang
berkaitan dengan turunnya ayat tentang ruh. Versi asbabun nuzul yang
dikeluarkan oleh Al-Bukhari dari Ibnu Mas’ud mengatakan:
“Aku berjalan bersama Rasulullah di Madinah dan beliau dalam
keadaan bertekan pada pelepah kurma. Ketika beliau melewati sekelompok orang
yahudi. Sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lainnya. “Alangkah
baiknya bila kalian menanyakan sesuatu kepadanya (Muhammad). “Kemudian mereka
berkata, “Ya Muhammad terangkan kepada kami tentang ruh.” Nabi berdiri sejenak
sambil mengangkat kepala, (saat itupun) aku tahu bahwa beliau sedang menerima
wahyu. Dan beliaupun membacanya. “Katakanlah, permasalahan ruh adalah sebagian
dari urusan tuhanku. Dan tidak diberikan kepadamu ilmu kecuali sedikit saja.”
Dalam versi asbabun nuzul yang dikeluarkan oleh bukhari dan
turmudzi dari Ibnu Abbas disebutkan:
“Orang-orang Quraiys berkata kepada orang-orang yahudi,
“Berikan kepada kami tenang sesuatu yang akan ditanyakan kepada lelaki ini
(Nabi).” Mereka menjawab, “Bertanyalah kepadanya tentang ruh.” Maka mereka pun
bertanya tentangnya kepada Nabi. Maka Allah menurunkan, “Wa yas-alunaka
anirruh….”
Kedua riwayat yang dikeluarkan oleh Bukhari dan Turmudzi di
atas berstatus sahih. Akan tetapi, mayoritas ulama’ lebih mendahulukan hadits
Bukhari daripada hadits Turmudzi karena hadits Bukhari lebih unggul (rajah),
sedangkan hadits Turmdzi tidak unggul (marjuh). Alasan yang diemukakan mereka
adalah bahwa Ibnu Mas’ud menyasikan kejadian di atas, sedangkan Ibn Abbas hanya
mendengarnya dari orang lain. Dalam kasus di atas, As-Suyuti berkomentar
sebagai berikut:
“Studi tarjih telah menyimpulkan bahwa riwayat Bukhari
dipandang lebih sahih daripada riwayat Turmudzi, karena Ibn Mas’d mengahdiri
langsung kejadian di atas.”
(3)Melakukan studi kompromi (jama’)
Langkah ini diambil bila kedua riwayat yang kontradiktif itu
sama-sama memiliki kesahihan hadis yang sederajat dan tidak mungkin dalakukan
tarjih. Umpamanya dua versi riwayat asbabun nuzul yang melatarbelakangi
turunnya ayat Mu’amalah surat An-Nur ayat 6. dalam versi Bukhari dan Muslim
melalui jalur Shahal Ibn Sa’ad dikatakan bahwa ayat itu turun berkenaan dengan
salah seorang sahabat bernama Uwaimir yang bertanya kepada Rasulullah SAW. Tentang
apa yang harus dilakuan oleh seorang suami yang mendapati istrinya bezina
dengan orang lain. Akan tetapi, dalam versi Buhari melaui jalur Inb Abbas
dikatakan bahwa ayat tersebut turun dengan latar belakang kasus Hilal Ibn
Umayah yang mengadu kepada Rasulullah SAW. Bahwa istrinya berzina dengan Sarikh
Ibn Sahma’. Kedua riwayat itu berkualitas sahih dan tidak mungin dilakukan
studi tarjih. Oleh karena itu, perlu dilakukan studi kompromi (jama’). Dua
kejadian itu berdekatan masanya sehingga kita mudah mengkompromkan keduanya.
Dalam jangka waktu yang tidak berselang lama, kedua orang sahabat bertanya
kepada Rasululah SAW. Tentang masalah serupa, maka turunlah ayat mu’amalah untuk
menjawab pertanyaan mereka.
Kalau kedua versi riwayat asbabun nuzul itu sahih atau tidak
sahih atau tidak dapat dilakukan studi tarjih dan jama’ maka hendaklah kita
anggap ayat itu itu diturunkan berulang kali. Dalam istilah ilmu Al-Qur’an hal
itu dapat disebut “berulangnya turun ayat” (ta’adudud an-nuzul) sebagai contoh
adalah dua versi asbabun nuzul yang melatar belakangi turunya surah Al-Ihlash.
Satu riwayat mengatakan bahwa surat itu turun untuk menjawab pertanyaan
kelompok musyirikin Mekah. Riwayat lainnya mengatakan bahwa surat itu turun
untuk menjawab kelompok Ahli Kitab di Madinah. Karena kedua riwayat sama-sama
sahih dan tidak mungkin untuk dilakukan studi tarjih dan jama’ kita anggap
bahwa ayat tersebut turun dua kali.[3]
Skema Variasi Periwayatan Asbabun Nuzul
C.Berbilangnya Riwayat Asbab al-Nuzul Sedang
Ayat Yang Turun Hanya Satu
Allah swt menjadikan segala sesuatu melalui sebab- musabbab
dan menurut suatu ukuran. Tidak seorangpun lahir dan melihat cahaya kehidupan
tanpa melalui sebab-musabbab dan melalui berbagai perkembangan. Tidak sesuatu
pun terjadi dalam wujud ini kecuali setelah melewati pendahuluan dan
perencanaan, begitu juga pada perubahan cakrawala pemikiran manusia terjadi
setelah melalui persiapan dan pengarahan. Itulah Sunnatullah (hukum
Allah) yang berlaku bagi semua ciptaan-Nya.
Pada dasarnya Asbab al-Nuzul tiadak bisa dijangkau
oleh akal, akan tetapi harus berdasarkan riwayat yang sahih atau melalui
penyaksian secara ,langsung ayat tersebut turun karena dalam mempelajari Asbab
al-Nuzul ayat-ayat Al-Qur’an, diharuskan bersandar kepada riwayat yang
sahih. Ada yang berbilang riwayatnya, sedang ayat yang diturunkan hanya satu
begitu juga sebaliknya.
Pertama,
maenyangkut Asbab al-Nuzul satu ayat, maka terlebih dahulu diteliti
redaksinya yang mana kuat sanadnya itulah yang dijadikan Asbab al-Nuzul
dan apabila riwayatnya sama sahihnya, maka diteliti redaksinya untuk
mendapatkan salah satu segi mentarjinya.
Kedua,
Kadang ada suatu peristiwa atau masalah yang dihadapi Nabi, lalu turun ayat
sebagai pedoman bagi Nabi untuk mengatasinya. Kemudian turun lagi ayat lain
juga mengenai masalah yang sama. Ada beberapa ayat yang turun untuk
menyelesaikan suatu persoalan dan ayat-ayat tersebut tidak turun sekaligus. Hal
ini semua bisa saja terjadi yang menyebabkan turunya suatu ayat, dimana ayat
tersebut manjelaskan pandangan al-Qur’an denagn peristiwa yang terjadi.
Tidak ada bukti yang menyingkap kebenaran sunnatullah itu
selain sejarah, demikian pula penerapannya dalam kehidupan. Seorang sejarahwan
yang berpandangan tajam dan cermat mengambil kesimpulan, dia tidak akan sampai
kepada fakta sejarah jika tidak mengetahui sebab-musabbab yang mendorong
terjadinya peristiwa.
Tapi tidak hanya sejarah yang menarik kesimpulan dari
rentetan peristiwa yang mendahuluinya juga ilmu alam, ilmu sosial dan
kesusastraan pun dalam pemahaman memerlukan sebab-musabbab yang melahirkannya,
disamping tentu saja pengetahuan tentang prinsip-prinsip serta maksud tujuan.[4]
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Asbabun nuzul hadir sebagai bagian dari ulumul
Al-qur’an. Karena sebagian Al-qur’an turunya punya latar belakang. Latar
belakang itu ada berupa kejadian-kejadian, dan pertanyaan-pertanyaan yang
dilakukan oleh para sahabat.
Asbabun nuzul juga bermacam-macam dilihat dari sudut pandang redaksi yang
dipergunakan dalam periwayatannya, serta dipandang ari sudut pandang
berbilangnya asbabun nuzul untuk satu ayat serta berbilangnya ayat untuk satu
asbabun nuzul.
Manfaat asbabun nuzul adalah menghilangan kesulitan
dalam memahami ayat, dan untuk menghilangkan kesalahan dalam memahami ayat.
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “ILMU ASBABUN NUZUL” dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam
administrasi pendidikan.
Harapan
penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah
ini penulis akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang penulis miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu penulis harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah
ini.
Langsa,
17 Oktober 2012
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A.Pengertian
Asbab Al-Nuzul dan Fungsinya dalam Memahami Al-Qur’an
B.Macam-macam Asbab An-Nuzul
C.Berbilangnya Riwayat Asbab al-Nuzul Sedang Ayat Yang
Turun Hanya Satu